Aceh, kopelmanews.com – Istilah Deep Learning dalam konteks pendidikan adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pemahaman konsep dan penguasaan kompetensi secara mendalam, namun dalam cakupan materi yang lebih sempit.
Pendekatan ini, siswa didorong untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan benar-benar menyelami topik yang sedang dipelajari. Dengan demikian, mereka tidak hanya memahami secara konseptual, tetapi juga mampu menjelajahi makna yang lebih dalam dan menikmati keindahan dari materi.
Pendekatan Deep Learning sangat kontras dengan pendekatan Surface Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang berusaha mencakup banyak materi dalam waktu singkat, tetapi sering kali mengorbankan kedalaman pemahaman. Akibatnya, siswa hanya menghafal informasi tanpa benar-benar memahaminya, sehingga kehilangan makna, pengalaman, dan rasa memiliki dalam proses belajar.
Tiga Elemen Utama dalam Deep Learning
Implementasi Deep Learning dalam pendidikan dapat diwujudkan melalui tiga elemen utama, yaitu:
- Meaningful Learning. Meaningful Learning adalah konsep yang dikembangkan oleh David Ausubel, yang menekankan pentingnya keterkaitan antara informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Dalam pendekatan ini, guru berperan aktif dalam membantu siswa mengaitkan konsep-konsep baru dengan pengalaman atau pengetahuan yang telah mereka kuasai.
- Mindful Learning. Mindful Learning atau pembelajaran yang sadar, sering dikaitkan dengan konsep metakognisi dalam teori pendidikan. Dalam pendekatan ini, siswa diajak untuk menyadari sepenuhnya proses belajar yang mereka alami. Ada beberapa bentuk kesadaran yang dibangun:
- Kesadaran terhadap apa yang sudah dipahami.
- Kesadaran terhadap apa yang belum dikuasai.
- Kesadaran atas pentingnya memahami materi tersebut.
- Kesadaran terhadap alur proses pembelajaran.
- Kesadaran terhadap kemajuan dan hasil belajar.
- Kesadaran atas kemungkinan eksplorasi materi lebih lanjut.
- Joyful Learning. Joyful Learning adalah elemen yang memastikan suasana belajar tetap menyenangkan dan memotivasi. Dalam pendekatan ini, pembelajaran dirancang agar siswa merasa antusias dan terlibat secara emosional. Strateginya bisa berupa permainan edukatif, aktivitas kelompok, simulasi, atau proyek kreatif.
Ketiganya saling melengkapi. Meaningful Learning membantu siswa memaknai apa yang mereka pelajari, Mindful Learning menjadikan siswa sebagai agen aktif dan sadar dalam proses belajar, dan Joyful Learning menciptakan suasana yang menyenangkan agar siswa termotivasi untuk terus belajar.
Dengan cara ini, siswa diarahkan menjadi agen aktif dalam pembelajarannya sendiri. Namun, kesadaran seperti ini tidak muncul otomatis, terutama pada anak-anak. Maka dari itu, guru memiliki peran penting untuk menuntun dan membangun kesadaran ini secara konsisten.
Ketika siswa menikmati proses belajar, mereka akan lebih aktif dan semangat untuk memahami materi. Jika suasana menyenangkan ini dikombinasikan dengan pembelajaran yang bermakna dan penuh kesadaran, maka terbentuklah motivasi intrinsik dalam diri siswa. Hasil akhirnya, mereka tidak hanya belajar untuk nilai, tapi juga untuk tumbuh menjadi pembelajar sepanjang hayat.