Aceh, kopelmanews.com – Pendidikan seharusnya lebih dari sekadar memindahkan informasi dari satu pihak ke pihak lain. Intinya, proses itu bertujuan untuk mengembangkan pribadi yang utuh—seseorang yang dapat berpikir jernih, bersikap baik, dan merasakan dunia dengan cara yang mandiri dan etis.
Di tengah pergantian zaman yang cepat, kita perlu memastikan bahwa sekolah-sekolah memberi peserta didik keterampilan untuk beradaptasi, mengajukan pertanyaan kritis, dan bertindak bertanggung jawab di lingkungan yang tak pernah sederhana. Dengan kata lain, tujuan pendidikan tidak lagi bisa hanya terukur lewat nilai ujian atau deretan fakta yang dihafal, tetapi mesti menyangkut penguatan karakter, kreativitas, dan kemampuan memecahkan problem hidup nyata.
Sayangnya, praktik sehari-hari di banyak ruang kelas masih terjebak pada pola itu. Guru diposisikan sebagai pemilik seluruh pengetahuan, sedangkan siswa dijadikan pendengar yang pasif. Padahal, perkembangan paling berarti justru muncul ketika para siswa diizinkan untuk bertanya, menjelajah, dan membangun arti dari pengalaman mereka sendiri lewat interaksi langsung.
Pendidikan yang kita butuhkan karenanya adalah yang demokratis, terbuka, dan berhubungan dekat dengan dunia luar. Sekolah yang berhasil bukan yang hanya memproduksi peraih nilai tertinggi, melainkan yang memupuk generasi pembelajar sepanjang hayat—mereka yang peduli lingkungan, peka kepada sesamanya, dan sanggup menghadapi tantangan zaman dengan gagasan-gagasan segar.