Close Menu
    What's Hot

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025

    Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Gelar Talkshow Internasional Series 2, “Phobia Pernikahan dari Tiga Belahan Dunia”

    06/01/2025

    Komunitas SAN Gelar Rapat Kerja dan Sosialisasi Pasar Modal Indonesia Bersama Korea Investment & Sekuritas Indonesia

    05/04/2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Senin, Juni 16
    Facebook X (Twitter) Instagram
    kopelmanews.comkopelmanews.com
    Demo
    • Home
    • Nasional
    • Internasional
    • Politik
    • Pendidikan
    • Ekonomi
    • Olahraga
    • Kesehatan
    • Hiburan
    • Teknologi
    • Otomotif
    • Redaksi
    kopelmanews.comkopelmanews.com
    Home » Body Image dan Tekanan Sosial: Psikologis tentang Resistensi terhadap Standar Kecantikan
    Fashion

    Body Image dan Tekanan Sosial: Psikologis tentang Resistensi terhadap Standar Kecantikan

    admin@kopelmanews.comBy admin@kopelmanews.com05/20/2025Updated:05/20/2025Tidak ada komentar30 Views
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn WhatsApp Reddit Tumblr Email
    Penulis: Nurul Izka Meutya, Mahasiswi Psikologi, UIN Ar- Raniry
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Aceh, kopelmanews.com – Apa arti menjadi cantik di zaman sekarang? Di balik wajah yang dihiasi senyum dan foto yang tampak “sempurna”, tersembunyi tekanan sosial yang menghimpit. Banyak orang, terutama perempuan, merasa harus mengejar versi kecantikan yang ditentukan oleh orang lain.

    Kecantikan bukan konsep yang statis. Dalam budaya Jawa klasik, perempuan dianggap anggun jika memiliki kulit kuning langsat, rambut panjang, dan gerakan lembut. Sementara di budaya Barat, wanita dengan tubuh ramping dan tinggi sering dianggap ideal. Namun kini, globalisasi dan dominasi budaya pop Barat mempersempit definisi kecantikan ke satu bentuk yang homogen: kulit putih, tubuh ramping, wajah simetris, dan bebas jerawat. Instagram, TikTok, dan platform lainnya menjadi “etalase” digital tempat orang memajang versi terbaik diri mereka. Filter wajah, aplikasi editing tubuh, dan algoritma yang mempromosikan konten-konten tertentu menciptakan standar tidak realistis tentang kecantikan.

    Fenomena ini membuat banyak orang merasa harus selalu terlihat “sempurna”. Mereka jadi merasa kurang percaya diri karena kulitnya tidak sehalus selebgram atau bentuk tubuhnya tidak seperti model. Padahal, apa yang kita lihat di media sosial seringkali bukan kenyataan, melainkan hasil editan atau filter. Akibatnya, kita jadi punya gambaran yang salah tentang apa itu penampilan “normal”.

    Pengejaran akan kesempurnaan fisik membawa dampak psikologis yang nyata. Banyak individu mengalami gangguan citra tubuh, merasa jijik, malu, atau tidak percaya diri terhadap penampilannya sendiri. Ini bisa berkembang menjadi gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia, depresi, hingga gangguan kecemasan.

    Purbasari (2019) mengemukakan Body image adalah gambaran mental individu terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya. Body image juga terkait dengan persepsi dan penilaian individu atas apa yang dipikirkan dan rasakan terhadap tubuhnya, baik bentuk maupun ukuran. Terdapat dua macam body image, yaitu body image positif dan body image negative. Body image positif adalah persepsi yang benar tentang bentuk tubuh yang dimiliki dan merasa nyaman dengan hal tersebut. Sedangkan body image negatif adalah persepsi yang menyimpang dari bentuk yang dimiliki dan cenderung merasa malu dan tidak dapat menerima kondisi tersebut.

    Individu yang tidak percaya diri akan bentuk tubuhnya, cenderung memiliki body image negatif. Kondisi tersebut tentunya akan mempengaruhi kesehatan mental, seperti munculnya kecenderungan depresi dan kecemasan terutama terkait dengan hubungansosial. Tidak jarang masalah tersebut berimbas pada distorsi bentuk tubuh yang lebih parah, seperti body dismorfic disorder, atau gangguan psikologis lainnya seperti gangguan makan, yaitu bulimia nervosa dan anoreksia nervosa.

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kostanski dan Gulleno dalam Devi and Dian (2015) menyatakan bahwa ketidak puasaan citra tubuh berhubungan negatif dengan harga diri tetapi ketidak puasaan citra tubuh berhubungan positif dengan kecemasan dan depresi terhadap massa tubuh. 

    Meski tekanan sangat kuat, banyak orang mulai melawan secara batin. Gerakan seperti body positivity muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap narasi sempit kecantikan. Menurut Virgie Tovar, gerakan body positivity bukan sekadar tentang mencintai tubuh, tapi juga tentang membongkar sistem penindasan yang membuat orang merasa tubuhnya salah hanya karena tidak sesuai standar kecantikan dominan. Gerakan ini memiliki banyak tujuan, di antaranya yang paling penting adalah mendobrak standar kecantikan yang tercipta di masyarakat, yang tidak realitis dan mengungkung, khususnya kepada wanita. Bahwa sebenarnya, setiap bentuk tubuh dan setiap manusia yang ada di dunia ini layak untuk dihargai, dihormati, dan diterima seperti seharusnya. Namun, body positivity bukan hanya tentang menantang cara masyarakat memandang orang berdasarkan ukuran dan bentuk fisik mereka. Body positivity juga mengakui bahwa penilaian seringkalikali dibuat berdasarkan ras, jenis kelamin, seksualitas, dan disabilitas seseorang.

    “Loving your body is a revolutionary act in a world that teaches you to hate it.”

    Kesimpulan

    Kecantikan di zaman sekarang bukan lagi sekadar soal penampilan, melainkan telah menjadi standar sosial yang menekan dan menyulitkan banyak individu, terutama perempuan. Standar ini, yang dipersempit oleh pengaruh budaya Barat dan media sosial, menciptakan gambaran sempit tentang tubuh ideal kulit putih, tubuh ramping, dan wajah tanpa noda yang jauh dari kenyataan mayoritas orang. Akibatnya, banyak orang mengalami ketidak puasan terhadap tubuhnya sendiri yang berdampak pada kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, hingga gangguan makan. Konsep body image menjadi kunci penting dalam memahami bagaimana seseorang menilai dan merasakan tubuhnya sendiri. Ketika persepsi ini negatif, dampaknya bisa sangat merusak secara psikologis.

    Namun di tengah tekanan tersebut, muncul gerakan perlawanan seperti body positivity. Gerakan ini tidak hanya mendorong individu untuk mencintai tubuh mereka, tetapi juga menantang struktur sosial yang menilai seseorang hanya dari fisik. Body positivity mengajarkan bahwa setiap tubuh berhak dihormati dan diterima tanpa syarat, terlepas dari ukuran, warna kulit, gender, orientasi seksual, atau kondisi fisik.

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email
    admin@kopelmanews.com
    • Website

    Related Posts

    Kajian Beranda Malam IMADA Pertemuan ke-2: Menyelami Makna Qurban Lebih Dalam

    05/30/2025

    BAZNAS BUKA BEASISWA GRATIS KE MALAYSIA

    05/07/2025

    Pengguna WhatsApp Tembus 3 Miliar, Berapa Jumlah Pengguna di Indonesia?

    05/02/2025
    Leave A Reply Cancel Reply

    Top Posts

    Ketenangan Jiwa dalam Zikir dan Doa

    05/09/20252,665

    Kenapa Gen Z Gampang Overthinking?

    06/12/20251,156

    Bumi Tak Butuh Kita Tapi Kita Butuh Bumi

    06/12/20251,032

    Menjaga Ruh Al-Mudarris (Jiwa Guru) Tetap Menyala di Era Artificial Intellegence

    11/26/2024532
    Don't Miss
    Top News

    Syakir Daulay: Generasi Muda Tabagsel di Perantauan Perlu Belajar Huruf Tulak Tulak

    By admin@kopelmanews.com06/16/20256

    Huruf tulak tulak atau yang sering kita dengar aksara Mandailing ini kan warisan leluhur kita dari Mandailing yang sudah ada sejak lama yang merupakan metamorfosa huruf Pallawa

    Mengapa Kita Perlu Berhenti Menyamakan Bahasa Arab dengan Arab Melayu

    06/15/2025

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025

    Kesadaran Kesehatan Meningkat, Tapi Apakah Gaya Hidup Kita Sudah Mengikutinya?

    06/15/2025
    Stay In Touch
    • Facebook
    • Twitter
    • Pinterest
    • Instagram
    • YouTube
    • Vimeo
    • LinkedIn
    • TikTok
    • Threads

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from SmartMag about art & design.

    About Us
    About Us

    KOPELMANEWS
    Jl. Teuku Nek, Lamtheun, Kec. Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Aceh

    We're accepting new partnerships right now.

    Email Us: admin@kopelmanews.com
    Contact: +62 851 1720 2024

    Facebook X (Twitter) YouTube WhatsApp
    Our Picks

    Syakir Daulay: Generasi Muda Tabagsel di Perantauan Perlu Belajar Huruf Tulak Tulak

    06/16/2025

    Mengapa Kita Perlu Berhenti Menyamakan Bahasa Arab dengan Arab Melayu

    06/15/2025

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025
    Most Popular

    Ketenangan Jiwa dalam Zikir dan Doa

    05/09/20252,665

    Kenapa Gen Z Gampang Overthinking?

    06/12/20251,156

    Bumi Tak Butuh Kita Tapi Kita Butuh Bumi

    06/12/20251,032
    Stats
    © 2025 KN Team
    • Home
    • Buy Now

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.