Aceh, kopelmanews.com – Pernahkah kamu ingat satu sosok guru yang ucapannya masih terngiang sampai sekarang? Atau mungkin ada guru yang cara mengajarnya bikin kamu semangat datang ke sekolah setiap hari? Itu bukan sekadar kenangan manis. Itu bukti bahwa guru bukan cuma pengajar, tapi juga pembentuk karakter.
Di tengah dunia yang makin cepat dan serba digital, nilai-nilai seperti jujur, disiplin, tanggung jawab, dan empati terasa makin langka. Anak-anak tumbuh dengan banjir informasi, tapi seringkali tanpa arahan tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Di sinilah peran guru jadi sangat penting. Mereka bukan hanya penyampai materi, tapi juga penuntun arah moral.
Karakter bukan sesuatu yang diwariskan, tapi dibentuk, dan proses pembentukannya sering terjadi di ruang kelas. Ketika seorang guru memberi contoh datang tepat waktu, memperlakukan murid dengan hormat, atau bersikap adil dalam menilai, mereka sedang mengajarkan nilai-nilai hidup secara nyata. Tanpa perlu ceramah panjang, sikap seorang guru bisa meninggalkan kesan yang dalam.
Penelitian dari Lickona (1991) menyebutkan bahwa pendidikan karakter efektif terjadi melalui pembiasaan dan keteladanan. Artinya, guru yang konsisten menunjukkan nilai-nilai positif dalam keseharian akan lebih mudah ditiru oleh murid-muridnya. Nggak heran kalau banyak murid yang meniru gaya bicara atau sikap gurunya, kadang tanpa sadar. Itulah kekuatan pengaruh seorang pendidik.
Tentu, membentuk karakter bukan tugas mudah. Murid datang dari latar belakang yang berbeda, dengan tantangan masing-masing. Tapi guru punya kekuatan: mereka hadir setiap hari, menyapa, mendengar, dan membimbing. Di balik ulangan harian dan tugas makalah, terselip momen-momen kecil yang bisa mengubah cara pandang hidup seorang anak.
Aku sendiri pernah punya guru SMP yang selalu bilang, “Jadi orang itu jangan cuma pintar, tapi juga bisa dipercaya.” Kalimat itu sederhana, tapi melekat sampai sekarang. Ketika aku harus memilih antara jalan pintas dan jujur, kalimat itu sering muncul lagi di kepala. Dan aku yakin, bukan cuma aku yang punya pengalaman seperti itu.
Lalu, apa yang bisa dilakukan guru hari ini?
Pertama, hadir dengan hati. Bukan sekadar menyampaikan materi, tapi benar-benar peduli dengan perkembangan murid. Kedua, jadi contoh hidup dari nilai-nilai yang ingin diajarkan. Ketiga, ciptakan ruang aman di kelas—tempat murid bisa belajar bukan cuma soal angka, tapi juga tentang hidup.
Karena generasi berkarakter tidak tercipta dalam semalam. Ia dibentuk lewat ribuan interaksi kecil, nasihat sederhana, dan teladan yang konsisten. Dan guru, adalah arsitek dari proses panjang itu.
Jadi, jika hari ini kamu adalah guru, ingatlah: kata-katamu bisa jadi kompas hidup seseorang. Dan jika kamu pernah punya guru yang menginspirasi, mungkin sekarang saatnya untuk melanjutkan warisan itu—dengan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.