Close Menu
    What's Hot

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025

    Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Gelar Talkshow Internasional Series 2, “Phobia Pernikahan dari Tiga Belahan Dunia”

    06/01/2025

    Komunitas SAN Gelar Rapat Kerja dan Sosialisasi Pasar Modal Indonesia Bersama Korea Investment & Sekuritas Indonesia

    05/04/2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Senin, Juni 16
    Facebook X (Twitter) Instagram
    kopelmanews.comkopelmanews.com
    Demo
    • Home
    • Nasional
    • Internasional
    • Politik
    • Pendidikan
    • Ekonomi
    • Olahraga
    • Kesehatan
    • Hiburan
    • Teknologi
    • Otomotif
    • Redaksi
    kopelmanews.comkopelmanews.com
    Home » Menari di Tengah Badai: Merangkai Ketahanan Jiwa dengan Psikologi Positif
    Opini

    Menari di Tengah Badai: Merangkai Ketahanan Jiwa dengan Psikologi Positif

    admin@kopelmanews.comBy admin@kopelmanews.com06/11/2025Tidak ada komentar31 Views
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn WhatsApp Reddit Tumblr Email
    Penulis | : Cut Putri Zahrani, Mahasisiwi Psikologi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Aceh, kopelmanews.com – Kehidupan manusia tidak selalu dipenuhi jalan yang mulus dan tenteram. Badai
    kehidupan, baik berupa tantangan, kehilangan, trauma, maupun kekecewaan, merupakan bagian tak terpisahkan dari perjalanan eksistensi kita. Namun, kemampuan untuk tetap tegar, bahkan berkembang, di tengah gejolak ini, merupakan bukti nyata adanya ketahanan mental (resilience).

    Resiliensi mengacu pada kemampuan seseorang untuk tetap kuat, pulih, dan beradaptasi dalam
    menghadapi situasi sulit, serta memperkuat karakteristik individu yang tangguh. Hal ini menyangkut kemampuan individu dalam menunjukkan keterampilan dan ketahanan yang kuat dalam menghadapi tantangan, menerima perubahan dengan sikap positif, pengendalian diri, serta kepercayaan diri individu dalam mengatasi stres, emosi dan kecemasan dari permasalahan yang dihadapi.

    Kemampuan ini membantu melindungi individu dari dampak negatif yang mungkin timbul akibat masalah yang dihadapinya. Menurut WHO, kesehatan mental adalah kondisi kesejahteraan mental individu yang mampu menggunakan kapasitasnya secara optimal, termasuk dalam menghadapi situasi stres dalam hidup, mampu bekerja secara efisien, dan mampu memberikan kontribusi positif terhadap lingkungannya.

    Psikologi positif menekankan perlunya mengembangkan, menciptakan dan menemukan situasi positif dalam lingkungan yang dapat menciptakan kekuatan bagi individu. Psikologi positif, dengan fokusnya pada kekuatan dan potensi manusia, menawarkan kerangka komprehensif untuk memahami dan meningkatkan ketahanan mental.

    Ketahanan mental bukan sekedar kemampuan untuk menanggung kesulitan; melainkan kemampuan untuk pulih, beradaptasi, dan bahkan tumbuh lebih kuat setelah menghadapi kesulitan. Hal ini bukanlah sifat bawaan yang statis, melainkan suatu proses dinamis yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan melalui berbagai strategi. Psikologi positif, berbeda dengan pendekatan tradisional yang berfokus pada patologi dan kekurangan, menekankan kekuatan dan sumber daya individu. Alih-alih sekadar memperbaiki apa yang salah, psikologi positif berupaya memperkuat apa yang sudah ada, menumbuhkan potensi positif yang sudah tertanam dalam diri setiap manusia.

    Tips Merangkai Ketahanan Jiwa

    Salah satu pilar utama psikologi positif yang relevan dengan ketahanan mental adalah optimisme. Individu yang optimis cenderung melihat tantangan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang, bukan sebagai ancaman yang tidak dapat diatasi. Mereka memiliki keyakinan pada kemampuan mereka untuk mengatasi kesulitan dan mencapai tujuan mereka, bahkan di tengah ketidakpastian. Optimisme tersebut bukan sekedar sikap positif yang naif, melainkan keyakinan yang didasarkan pada penilaian realistis terhadap situasi dan kemampuan seseorang, dipadukan dengan harapan yang konstruktif.

    Peneliti baru-baru ini menemukan fakta menarik: orang yang memiliki pengharapan positif, alias optimisme, jarang terguncang lama-lama oleh stres atau trauma. Jadi, sepertinya cara kita memandang masa depan punya kaitan langsung dengan seberapa kuat kita berdiri di tengah badai emosional.

    Selain itu, sifat yang orang-orang sebut grit, atau ketahanan mental, juga tak kalah penting. Grit itu campuran dari konsisten berjuang dan tetap semangat meski jalannya panjang. Orang yang diberkati ketahanan mental tinggi memangkuh setiap kegagalan sebagai pelajaran, bukan petunjuk untuk berhenti. Mereka tetap hendak uji coba rintangan berkali-kali menuju sasaran yang jauh di depan sana, sabar dengan frustrasi dan siap mengobati kehampaan diri sebelum terbang lagi.

    Mengembangkan ketahanan mental dapat dilakukan melalui melatih disiplin diri, mengembangkan
    strategi mengatasi hambatan, dan menjaga motivasi intrinsik. Pentingnya hubungan sosial juga
    merupakan faktor penting dalam membangun ketahanan mental.

    Dukungan sosial yang kuat dari keluarga, teman, dan masyarakat dapat memberikan rasa
    aman, mengurangi stres, dan meningkatkan kemampuan individu dalam mengatasi kesulitan.
    Individu yang mempunyai jaringan sosial yang kuat cenderung memiliki lebih banyak sumber
    daya dan dukungan emosional untuk menghadapi tantangan hidup. Membangun dan memelihara
    hubungan sosial yang positif merupakan investasi penting dalam membangun ketahanan mental
    yang kuat.

    Mindfulness atau kesadaran diri juga berperan penting dalam meningkatkan ketahanan mental. Menurut Baer dkk. (2006), mindfulness adalah fokus pada kesadaran saat ini dan penerimaan yang tidak menghakimi dengan meningkatkan kesadaran penuh. Mindfulness dapat mengurangi stres, meningkatkan kesejahteraan mental, dan meningkatkan kemampuan pengaturan emosi.

    Memfokuskan perhatian pada momen saat ini memungkinkan mereka mengelola emosi dengan lebih efektif, mengurangi stres, dan meningkatkan kemampuan merespons tantangan dengan lebih tenang dan rasional. Penelitian menunjukkan bahwa praktik mindfulness dapat meningkatkan kemampuan individu dalam mengatur emosi, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan fokus dan konsentrasi, semuanya merupakan faktor yang berkontribusi terhadap ketahanan mental.

    Makna dan tujuan hidup (sense of Purpose) juga menjadi faktor kunci dalam membangun
    ketahanan mental. Individu yang memiliki makna dan tujuan hidup yang jelas cenderung lebih
    mampu mengatasi kesulitan dan menghadapi tantangan dengan lebih bermakna. Tujuan hidup
    memberikan arahan dan motivasi, membantu individu untuk tetap fokus dan terarah, bahkan di
    tengah kesulitan. Mengembangkan makna dan tujuan hidup dapat dilakukan melalui refleksi diri,
    eksplorasi nilai-nilai pribadi, dan partisipasi dalam aktivitas yang bermakna.

    Kesimpulannya

    “menari di tengah badai” menunjukkan ketahanan mental di tengah kesulitan – bukanlah kemampuan yang hanya dimiliki oleh segelintir orang. Melalui pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip psikologi positif seperti optimisme, ketahanan mental, dukungan sosial, mindfulness, dan makna hidup, setiap individu dapat mengembangkan dan meningkatkan ketahanan mentalnya. Dengan melakukan hal ini, mereka dapat menghadapi tantangan hidup dengan lebih efektif, pulih dari kesulitan, dan bahkan tumbuh lebih kuat setelah melewati badai kehidupan.

    Psikologi positif memberikan peta jalan komprehensif untuk mencapai ketahanan mental yang kuat, sehingga memungkinkan kita tidak hanya bertahan, namun juga berkembang, di tengah gejolak kehidupan.

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email
    admin@kopelmanews.com
    • Website

    Related Posts

    Mengapa Kita Perlu Berhenti Menyamakan Bahasa Arab dengan Arab Melayu

    06/15/2025

    Kesadaran Kesehatan Meningkat, Tapi Apakah Gaya Hidup Kita Sudah Mengikutinya?

    06/15/2025

    Self-Harm: Saat Remaja Berteriak dalam Diam

    06/14/2025
    Leave A Reply Cancel Reply

    Top Posts

    Ketenangan Jiwa dalam Zikir dan Doa

    05/09/20252,665

    Kenapa Gen Z Gampang Overthinking?

    06/12/20251,156

    Bumi Tak Butuh Kita Tapi Kita Butuh Bumi

    06/12/20251,032

    Menjaga Ruh Al-Mudarris (Jiwa Guru) Tetap Menyala di Era Artificial Intellegence

    11/26/2024532
    Don't Miss
    Top News

    Syakir Daulay: Generasi Muda Tabagsel di Perantauan Perlu Belajar Huruf Tulak Tulak

    By admin@kopelmanews.com06/16/20255

    Huruf tulak tulak atau yang sering kita dengar aksara Mandailing ini kan warisan leluhur kita dari Mandailing yang sudah ada sejak lama yang merupakan metamorfosa huruf Pallawa

    Mengapa Kita Perlu Berhenti Menyamakan Bahasa Arab dengan Arab Melayu

    06/15/2025

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025

    Kesadaran Kesehatan Meningkat, Tapi Apakah Gaya Hidup Kita Sudah Mengikutinya?

    06/15/2025
    Stay In Touch
    • Facebook
    • Twitter
    • Pinterest
    • Instagram
    • YouTube
    • Vimeo
    • LinkedIn
    • TikTok
    • Threads

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from SmartMag about art & design.

    About Us
    About Us

    KOPELMANEWS
    Jl. Teuku Nek, Lamtheun, Kec. Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Aceh

    We're accepting new partnerships right now.

    Email Us: admin@kopelmanews.com
    Contact: +62 851 1720 2024

    Facebook X (Twitter) YouTube WhatsApp
    Our Picks

    Syakir Daulay: Generasi Muda Tabagsel di Perantauan Perlu Belajar Huruf Tulak Tulak

    06/16/2025

    Mengapa Kita Perlu Berhenti Menyamakan Bahasa Arab dengan Arab Melayu

    06/15/2025

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025
    Most Popular

    Ketenangan Jiwa dalam Zikir dan Doa

    05/09/20252,665

    Kenapa Gen Z Gampang Overthinking?

    06/12/20251,156

    Bumi Tak Butuh Kita Tapi Kita Butuh Bumi

    06/12/20251,032
    Stats
    © 2025 KN Team
    • Home
    • Buy Now

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.