Close Menu
    What's Hot

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025

    Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Gelar Talkshow Internasional Series 2, “Phobia Pernikahan dari Tiga Belahan Dunia”

    06/01/2025

    Komunitas SAN Gelar Rapat Kerja dan Sosialisasi Pasar Modal Indonesia Bersama Korea Investment & Sekuritas Indonesia

    05/04/2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Senin, Juni 16
    Facebook X (Twitter) Instagram
    kopelmanews.comkopelmanews.com
    Demo
    • Home
    • Nasional
    • Internasional
    • Politik
    • Pendidikan
    • Ekonomi
    • Olahraga
    • Kesehatan
    • Hiburan
    • Teknologi
    • Otomotif
    • Redaksi
    kopelmanews.comkopelmanews.com
    Home » Luka Di Tanah Surga: Kisah Suku Papua Yang Terpinggirkan
    Opini

    Luka Di Tanah Surga: Kisah Suku Papua Yang Terpinggirkan

    admin@kopelmanews.comBy admin@kopelmanews.com05/23/2025Updated:05/23/2025Tidak ada komentar28 Views
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn WhatsApp Reddit Tumblr Email
    Penulis: Yaseer Athaillah, Mahasiswa Prodi Sejarah Kebudayaan Islam, UIN Ar-Raniry Banda Aceh
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Aceh, kopelmanews.com – Indonesia sebuah Negara Yang kaya akan alamnya akan tetapi amat begitu disayangkan ada sebuah tempat di ujung Timur memiliki sumber daya yang melimpah, berdiri di atas emas, tidur disamping gunung emas. Tapi itu hanya ilusi semata bagi pejabat yang korup, penulis bukan maksud mejelekkan pemerintah, menghina pemerintah melainkan suara pena sang penulis membuka tabir dari tulisan dikarenakan tidak mampu untuk berkata-kata.

    Dibalik surga ada neraka, dalam artian keindahan alam Papua yang memukau, tersembunyi sebuah kehidupan suku-suku pedalaman yang masih sangat jauh dari sentuhan modernitas, yang selalu mempertahankan tradisi leluhur di tengah tantangan zaman. Ada beberapa suku di Papua yaitu:

    1. Suku Korowai

    penghuni rumah pohon yaitu suku korowai ini mendiami hutan-hutan lebat di selatan Pegunungan Jayawijaya. Keunikan mereka terletak pada rumah pohon yang dibangun setinggi 8 hingga 45 meter, sebagai perlindungan dari binatang buas dan roh jahat. Hingga tahun 1970-an, mereka belum mengenal dunia luar dan hidup dalam isolasi. Kini sebagian telah berpindah ke pemukiman seperti kampung Yaniruma, namun banyak yang masih mempertahankan gaya hidup tradisional.

    2. Suku Yali: Pejuang Dataran Tinggi

    Berada di wilayah Pegunungan Jayawijaya, Suku Yali dikenal sebagai masyarakat pegunungan yang tangguh. Mereka tinggal di daerah terpencil yang hanya dapat diakses dengan berjalan kaki selama berjam-jam. Dengan tinggi rata-rata pria sekitar 150 cm, mereka hidup dari bercocok tanam dan berburu, serta menjaga tradisi seperti penggunaan koteka dan ritual pertukaran hadiah.

    3. Suku Muyu: Penjaga Nilai Tradisional

    Suku Muyu tinggal di sekitar Sungai Muyu, perbatasan Indonesia dan Papua Nugini. Mereka menggunakan kulit kerang (ot) dan gigi anjing (mindit) sebagai alat tukar dalam perdagangan. Mata pencaharian utama mereka adalah berburu, memelihara babi, dan memproduksi sagu. Kondisi tanah yang kurang subur sering menyebabkan kekurangan pangan di wilayah mereka.

    4. Suku Nduga: Penghuni Pegunungan Tengah

    Suku Nduga mendiami wilayah Pegunungan Tengah Papua, dengan populasi sekitar 96.928 jiwa. Mereka terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan ketinggian tempat tinggal: dataran rendah dan dataran tinggi. Mata pencaharian mereka meliputi berburu, berkebun, dan memelihara ternak. Keterbatasan akses dan infrastruktur membuat mereka masih terisolasi dari perkembangan zaman.

    5. Suku Asmat: Seniman Ukir dari Selatan

    Suku Asmat terkenal dengan seni ukir kayu yang khas dan mendalam. Mereka tinggal di wilayah berawa di selatan Papua, dengan akses antar kampung yang sulit dan memakan waktu berjam-jam berjalan kaki. Masyarakat pesisir umumnya menjadi nelayan, sementara yang di pedalaman berburu dan bertani. Meskipun terkenal secara internasional, banyak komunitas Asmat masih hidup dalam keterbatasan.

    Kehidupan suku-suku pedalaman Papua mencerminkan kekayaan budaya, alam yang luar biasa, namun juga menunjukkan tantangan besar dalam hal pembangunan dan akses terhadap layanan dasar. Upaya pelestarian budaya harus berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan mereka, agar warisan leluhur tetap hidup tanpa mengorbankan hak dasar sebagai warga negara.

    Dari narasi diatas dapat kita simpulkan bahwasanya beginilah keadaan Papua pedalaman bagaimana mirisnya kehidupan mereka sangat jauh tertinggal dengan daerah lain di indonesia, saya sebagai penulis opini ini berharap sebesar-besarnya  agar pemerintah pusat bisa menangani masalah di Papua, karena Papua merupakan wilayah Indonesia dengan sumber kekayaan yang amat melimpah dan saya sebagai penulis hanya sebatas semampu saya pribadi dalam menyuarakan keadaan Papua disana, sekian dari saya pribadi semoga tuliasan saya bermanfaat bagi khalayak dan pembaca pada umumnya, salam semuanya saya pamit.

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email
    admin@kopelmanews.com
    • Website

    Related Posts

    Mengapa Kita Perlu Berhenti Menyamakan Bahasa Arab dengan Arab Melayu

    06/15/2025

    Kesadaran Kesehatan Meningkat, Tapi Apakah Gaya Hidup Kita Sudah Mengikutinya?

    06/15/2025

    Self-Harm: Saat Remaja Berteriak dalam Diam

    06/14/2025
    Leave A Reply Cancel Reply

    Top Posts

    Ketenangan Jiwa dalam Zikir dan Doa

    05/09/20252,665

    Kenapa Gen Z Gampang Overthinking?

    06/12/20251,156

    Bumi Tak Butuh Kita Tapi Kita Butuh Bumi

    06/12/20251,032

    Menjaga Ruh Al-Mudarris (Jiwa Guru) Tetap Menyala di Era Artificial Intellegence

    11/26/2024532
    Don't Miss
    Top News

    Syakir Daulay: Generasi Muda Tabagsel di Perantauan Perlu Belajar Huruf Tulak Tulak

    By admin@kopelmanews.com06/16/20255

    Huruf tulak tulak atau yang sering kita dengar aksara Mandailing ini kan warisan leluhur kita dari Mandailing yang sudah ada sejak lama yang merupakan metamorfosa huruf Pallawa

    Mengapa Kita Perlu Berhenti Menyamakan Bahasa Arab dengan Arab Melayu

    06/15/2025

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025

    Kesadaran Kesehatan Meningkat, Tapi Apakah Gaya Hidup Kita Sudah Mengikutinya?

    06/15/2025
    Stay In Touch
    • Facebook
    • Twitter
    • Pinterest
    • Instagram
    • YouTube
    • Vimeo
    • LinkedIn
    • TikTok
    • Threads

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from SmartMag about art & design.

    About Us
    About Us

    KOPELMANEWS
    Jl. Teuku Nek, Lamtheun, Kec. Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Aceh

    We're accepting new partnerships right now.

    Email Us: admin@kopelmanews.com
    Contact: +62 851 1720 2024

    Facebook X (Twitter) YouTube WhatsApp
    Our Picks

    Syakir Daulay: Generasi Muda Tabagsel di Perantauan Perlu Belajar Huruf Tulak Tulak

    06/16/2025

    Mengapa Kita Perlu Berhenti Menyamakan Bahasa Arab dengan Arab Melayu

    06/15/2025

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025
    Most Popular

    Ketenangan Jiwa dalam Zikir dan Doa

    05/09/20252,665

    Kenapa Gen Z Gampang Overthinking?

    06/12/20251,156

    Bumi Tak Butuh Kita Tapi Kita Butuh Bumi

    06/12/20251,032
    Stats
    © 2025 KN Team
    • Home
    • Buy Now

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.