Oleh Dr. Abdul Rozak, M.Si.
Akademisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengantar
Bangsa Indonesia baru saja selesai melaksanakan hajatan besar untuk mendapatkan pemmpin baik di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten kota melalui pelaksanaan pemilu presiden dan wakil presiden dan pemilihan kepala daerah (gubernur & wakil gubernur, wali kota & wakil wali kota dan bupati & wakil bupati) diseluruh wilayah Indonesia yang melaksanakan pemilihan kepala daerah serentak tahun 2024 sebanyak 545 daerah dengan rincian 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota. Dari hajatan dmokrasi ini akan lahir pemimpin publik (kepala daerah) setelah ditetapkan secara resmi oleh penyelenggara pemilu yaitu KPU (Komisi Pemilihan Umum). Termasuk telah dilaksanakan pemilu legislatif (pemilihan anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dan DPD)
Pemimpin yang lahir dari hajatan dmokrasi ini dimana rakyat yang memiliki hak politik telah berpartisipasi menggunakan hak politiknya dalam rangka mendapatkan pemimpin publik yang hebat dan anggota parlemen yang berkomitmen untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya, menegakkan kepimpinan anti korupsi, profesional, meritokrasi, dan good governance. Karena itu sudah semestinya pemimpin hasil pemilukada ini dan anggota parlemen dapat menunjukkan diri sebagai pemimpin berkarakter Ulul Azmi yang dapat menciptakan lingkungan dan budaya kerja yang positif dan produktif. Karena pemimpin berkarakter Ulul Azmi sangat berpengaruh terhadap budaya organisasi atau masyarakat yang dipimpinnya.
Istilah Ulul Azmi merujuk kepada kelima nabi dan rasul yang disebutkan dalam Al-Qur’an karena memiliki dan menegakkan nilai-nilai karakter unggul dalam gerak dakwah dan kepemimpinannya antara lain keteguhan, kesabaran, keikhlasan, keberanian dalam menegakkan kebenaran, tidak primordialistik, dan tekad yang luar biasa dalam melaksanakan misi kenabian dan kerasulannya yaitu menyampaikan ajaran dan risalah Allah.
Dalam pelaksanaan misi dan tugas tersebut kepada umatnya, Para Nabi dan Rasul dalam kategori Ulul Azmi (Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad SAW) menghadapi ujian dan tantangan yang sangat berat.
Penggunaan kata Ulul Azmi menunjukkan bahwa para nabi dan rasul tersebut dalam kegiatan dakwahnya dihadapkan pada ujian dan tantangan yang sangat besar dan memiliki tekad luar biasa dalam berdakwah meski mengalami penolakan yang sangat keras dari umatnya.
Secara historis, predikat Ulul Azmi bagi kelima nabi dan rasul tersebut menggambarkan tugas kenabian dan kerasulan yang sangat berat dan monumental dalam sejarah umat manusia. Tugas tersebut tetap dijalankan sampai tuntas.
Seorang pemimpin berkarakter Ulul Azmi harus dapat menunjukkan nilai-nilai kejujuran, keadilan, empati, ketangguhan, kesabaran, keberanian terhadap kebenaran, dan kedisiplinan dalam kerja yang akan mendorong para pengikut atau anggota tim atau rakyat yang dipimpinnya untuk meneladani sifat-sifat tersebut. Ini sangat penting karena budaya yang dibangun oleh seorang pemimpin berkarakter Ulul Azmi akan membawa kemajuan daerah, sangat mempengaruhi kinerja, kepuasan, dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan atau kedamaian dalam masyarakat daerah tersebut.
Mengapa Ulul Azmi ?
Para nabi yang disebut sebagai Ulul Azmi memiliki misi kenabian dan kerasulan yang sangat besar, tidak hanya untuk umat mereka sendiri tetapi juga untuk umat setelahnya. Hal ini berbeda dengan nabi-nabi lainnya yang tugas kenabiannya mungkin terbatas pada komunitas atau daerah tertentu.
Penghargaan Ulul Azmi diberikan kepada Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad SAW karena mereka menghadapi ujian dan tantangan yang sangat besar dalam menyampaikan wahyu dan memperjuangkan ajaran tauhid.
Predikat Ulul Azmi ini tidak diberikan kepada seluruh nabi dan rasul melainkan terbatas hanya kepada kelima nabi dan rasul, meskipun semua nabi dan rasul memiliki posisi yang sangat tinggi dan strategis dalam ajaran Islam. Pertanyaannya mengapa hanya kepada kelima nabi dan rasul yang mendapat predikat Ulul Azmi.
Berikut penjelasan singkatnya sebagai berikut :
- Adanya Ujian yang Luar Biasa terhadap Tugas Kenabian dan Kerasulan
Keistimewaan Ulul Azmi terletak pada besarnya ujian dan tantangan yang mereka hadapi dan keteguhan hati, komitmen dan semangat perjuangan para nabi dan rasul tersebut dalam menghadapi ujian dan tantangan dari berbagai pihak.
Para nabi dan rasul kelompok ini tidak hanya dihadapkan pada penolakan, tetapi juga penganiayaan, pencemaran nama baik, bahkan sampai adanya ancaman nyawa. Para nabi dan rasul dari kelompok Ulul Azmi ini tetap komitmen, istiqomah dan tanpa menyerah dalam menyampaikan wahyu Allah kepada umatnya secara khusus mapun umat Islam seluruhnya di belahan muka bumi ini.
- Kesabaran dan Keteguhan Jiwa dalam Menghadapi Ujian dan Tantangan Berat
Para nabi dan rasul yang disebutkan dalam kategori Ulul Azmi telah menunjukkan kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi berbagai kesulitan, ujian dan ancaman. Kesabaran yang dimaksud bukanlah sekadar kesabaran dalam menerima penderitaan fisik, tetapi juga kesabaran dalam menghadapi penolakan dakwah, kesabaran dalam melawan godaan duniawi, dan keteguhan dalam menegakkan risalah wahyu Allah.
Mereka (Ulul Azmi ) mampu mengendalikan emosi, bersikap bijaksana dalam menghadapi berbagai ujian dan tantangan, dan terus mengajak umat tidak kenal lelah dan putus asa meskipun banyak yang menentang untuk kembali berjalan sesuai dengan jalan Tuhan.
- Peran dalam Menyampaikan Risalah Tauhid
Ketiga unsur ini—pengujian berat, kesabaran luar biasa, dan peran mereka dalam menyampaikan risalah tauhid—membuat kelima nabi dan rasul tersebut menjadi model keteladanan yang sangat representatif bagi umat manusia selanjutnya dalam hal keteguhan iman dan perjuangan untuk memperkenalkan monoteisme (tauhid) dan melaksanakan gerakan dakwah.
Keteguhan hati, kesabaran dan tekad yang tidak terbatas menjadi panutan bagi umat manusia dalam gerakan dakwah dan gerakan pencerahan umat manusia untuk tetap berada dalam jalan dan perintah Allah.
Pemimpin Berkarakter “Ulul Azmi”
Pemimpin berkarakter merupakan sosok yang tidak hanya memimpin dengan kemampuan teknis dan strategi, tetapi juga dengan prinsip moral yang kuat, integritas, serta komitmen terhadap nilai-nilai etika sebagaimana ditunjukkan oleh Ulul Azmi. Pemimpin berkarakter memiliki peran yang sangat penting dalam memimpin organisasi seperi di sektor pendidikan, birokrasi dan masyarakat pada umumnya.
Dalam dunia yang semakin kompleks, disrupsi teknologi dan penuh tantangan, seorang pemimpin disebut berhasil tidak hanya diukur dari sejauh mana ia mampu mencapai tujuan material atau kekuasaan, tetapi juga bagaimana ia mempengaruhi dan membimbing orang lain untuk menjalani hidup dengan cara yang benar, berkeadaban dan bermartabat. Pemimpin berkarakter ”Ulul Azmi” sangatlah mendesak dan relevan dalam konteks kehidupan saat ini di berbagai sektor kehidupan manusia seperti sektor lembaga pendidikan, birokrasi pemerintahan atau sektor publik lainnya.
Pemimpin berkarakter mencerminkan integritas, keteladanan, kebijaksanaan, dan kemampuan untuk membuat keputusan yang adil dan etis. Seorang pemimpin berkarakter dapat menciptakan kepercayaan, budaya positif di organisasi, iklim kerja yang kondusif dan dampak kerja organisasi yang produktif dan bermutu secara berkelanjutan bagi organisasi atau masyarakat yang dipimpinnya.
Di tengah tantangan global dan kompleksitas kehidupan yang semakin meningkat, pemimpin berkarakter ”Ulul Azmi” menjadi sangat penting diimplementasikan. Sebab, par pemimpin tidak hanya memimpin organisasi dan lembaga dengan strategi atau kemampuan teknis, tetapi juga dengan prinsip moral dan etik yang jelas, yang pada akhirnya membawa kebaikan bagi banyak orang bukan untuk dirinya dan kelompok nya saja.
Refleksi Pembelajaran dari Karakter “Ulul Azmi”
Pemberian predikat Ulul Azmi kepada kelima nabi dan rasul memberi pesan moral dan spiritual yang sangat relevan untuk kehidupan umat manusia, karena menjadi simbol dari keteguhan hati, kesabaran, tekad tinggi dalam menghadapi tantangan hidup yang berat, keberanian dalam membela kebenaran, keseimbangan antara dunia dan akhirat, serta pengabdian tanpa pamrih di tengah gelombang materialisme, anarkisisme, ekstrimisme dan radikalisme.
Nilai-nilai fundamental ytersebut di atas harus diterapkan dalam hidip dan kehidupan manusia saat ini dan ke depan dalam skala individu maupun sosial di berbagai negara, di tengah dunia yang terus berkembang dengan tantangan global, seperti ketidakadilan sosial, ketegangan politik, dan ancaman lingkungan untuk membantu umat manusia menjalani kehidupan yang lebih baik, lebih damai, lebih bermakna, dan lebih adil.
Bagi umat manusia saat ini, di tengah tantangan global seperti ketidakpastian ekonomi, perubahan iklim, ketegangan politik, dan pandemi, keteguhan hati dan keberanian untuk berdiri di atas prinsip kebenaran merupakan nilai yang sangat relevan. Perjuangan untuk mengatasi ketidakadilan, diskriminasi, atau perubahan mentalitas masyarakat yang tidak mudah bergeser, sangat memerlukan kesabaran dan ketekunan.
Dalam konteks masa kini dan ke depan, pembelaan terhadap keadilan sosial dan hak asasi manusia menjadi semakin penting. keberanian untuk berdiri melawan ketidakadilan dan memperjuangkan hak-hak yang benar adalah kewajiban bagi setiap individu dan komunitas. Hal ini menjadi krusial dalam menghadapi tantangan global, seperti kesenjangan sosial, perbudakan modern, dan diskriminasi gender atau ras.
Di tengah suasana kehidupan yang dilingkari alam materialisme, integritas pemimpin sering kali dipandang sebagai sesuatu yang mahal, pedahal integritas sebagai faktor yang amat fundamental harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Kepemimpinan yang berbasis keteladanan dan pengorbanan menjadi semakin relevan dalam politik, ekonomi, pendidikan, maupun organisasi sosial kemasyarakatan.
Saat ini, di mana banyak orang terjebak dalam pencarian kesenangan duniawi, teladan para nabi dan rasul dari kelompok Ulul Azmi ini duniawi menegaskan kehidupan dunia dan tantangan hidup yang semakin materialistik dan pragmatis bukanlah tujuan akhir, dan segala bentuk keberhasilan duniawi harus dipandang sebagai alat dan sarana untuk mencapai tujuan akhir hidup dan kehidupan manusia yang lebih besar dan abadi, yaitu kebahagiaan di akhirat.
Di tengah kehidupan dunia yang sering kali berorientasi pada hasil dan penghargaan materi, pengabdian tanpa pamrih yang ditunjukkan oleh para nabi dan rasul kelompok Ulul Azmi ini sebagai bentuk pengabdian sejati kepada masyarakat, kepada nilai-nilai kebenaran, dan kepada ajaran Tuhan, tanpa berharap pada imbalan duniawi menjadi pelajaran yang sangat berharga dalam suasana kehidupan dunia yang semakin terhubung secara global dengan materialisme dan pragmatismenya.
Kesimpulan
Ulul Azmi mengajarkan kita bahwa kepemimpinan yang berbasis keteladanan bagi seorang pemimpin sejati adalah mereka (para pemimpin) yang bukan hanya memberi perintah, tetapi juga memberikan contoh teladan dan karakter unggul yang dapat diikuti oleh orang lain. Kesabaran, keteguhan, dan tekad mereka dalam menghadapi segala kesulitan, menjadikan Ulul Azmi sebagai contoh teladan yang tidak hanya relevan dalam konteks mereka sendiri, tetapi juga bagi umat setelah mereka.
Seorang pemimpin utamanya pemimpin publik harus berkomitmen terhadap nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan memajukan kesejahteraan rakyat, tidak mementingkan diri, keluarga dan kelompok pendukungnya. Pemimpin publik harus belajar dan meniru kepemimpinannya sebagaimana yang ditunjukkan nabi dan rasul kelompok Ulul Azmi ini dengan nilai-nalai karakter unggul yang harus terpancar dan menghiasi wajah pemimpin publik yang diperlukan rakyat dan warga saat ini dan di masa depan.
Para pemimpin publik di berbagai sektor kehidupan terutama di area birokrasi pemerintahan dalam skala lokal, daerah dan nasional pasca pemilukada dan pemilu nasional dan kepemimpinan sektor pendidikan sudah saatnya berpijak dan mempedomani nilai-nilai karakter unggul para nabi dan rasul kelompok Ulul Azmi ini dalam menjalankan amanah kepemimpinannya dan membuat kebijakan dan keputusan birokrasi yang senantiasa beriorientasi pada kebaikan, kemaslahatan, kesejahteraan rakyat dan warrga yang berkeadilan, tidak primordialistik, serta untuk kemajuan dan keselamatan bangsa dan negara. “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).