Close Menu
    What's Hot

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025

    Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Gelar Talkshow Internasional Series 2, “Phobia Pernikahan dari Tiga Belahan Dunia”

    06/01/2025

    Komunitas SAN Gelar Rapat Kerja dan Sosialisasi Pasar Modal Indonesia Bersama Korea Investment & Sekuritas Indonesia

    05/04/2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Senin, Juni 16
    Facebook X (Twitter) Instagram
    kopelmanews.comkopelmanews.com
    Demo
    • Home
    • Nasional
    • Internasional
    • Politik
    • Pendidikan
    • Ekonomi
    • Olahraga
    • Kesehatan
    • Hiburan
    • Teknologi
    • Otomotif
    • Redaksi
    kopelmanews.comkopelmanews.com
    Home » Hubungan Sedarah: Bukan Sekadar Tabu, Tapi Ancaman bagi Kemanusiaan
    Opini

    Hubungan Sedarah: Bukan Sekadar Tabu, Tapi Ancaman bagi Kemanusiaan

    admin@kopelmanews.comBy admin@kopelmanews.com06/04/2025Updated:06/04/2025Tidak ada komentar40 Views
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn WhatsApp Reddit Tumblr Email
    Anggita Salsabila Firdausi. Mahasiswi Psikologi, UIN Ar-Raniry.
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Aceh, kopelmamews.com – Belakangan ini, kasus hubungan sedarah atau inses kembali mencuat di media dan memicu keprihatinan publik. Hubungan inses bukan hanya menyentuh batas moral dan agama, tetapi juga membawa dampak sosial, psikologis, dan biologis yang serius. Ironisnya, sebagian pelaku justru berasal dari lingkungan keluarga yang seharusnya menjadi tempat paling aman.

    Hubungan inses melibatkan anggota keluarga yang memiliki ikatan darah dekat, seperti ayah dan anak, saudara kandung, atau paman dan keponakan. Dalam konteks hukum di Indonesia, tindakan ini bukan hanya dilarang, tetapi juga dikategorikan sebagai tindak pidana, khususnya jika disertai unsur kekerasan atau pemaksaan.

    Secara etis, hubungan ini melanggar norma-norma universal tentang perlindungan terhadap anak dan anggota keluarga yang lebih. Dalam banyak kasus, hubungan sedarah bukanlah relasi yang setara. Pelaku seringkali adalah orang dewasa atau figur otoritas dalam keluarga, karena relasi kuasa yang timpang di mana satu pihak memanfaatkan kedekatan dan ketergantungan emosional untuk mengeksploitasi pihak lain.

    Dari sudut pandang hukum, KUHP Indonesia sudah secara tegas mengkriminalkan tindakan ini, apalagi jika disertai kekerasan atau dilakukan terhadap anak. Namun, hambatan terbesar bukan hanya soal hukum, melainkan budaya diam dan stigma yang membuat korban enggan melapor. Banyak keluarga memilih ‘menyelesaikan secara internal’, tanpa memikirkan kondisi psikologis korban.

    Dampak psikologis dari inses sangat menghancurkan. Korban sering mengalami trauma berkepanjangan, rasa bersalah, dan kerusakan kepercayaan terhadap institusi keluarga. Selain itu, dari sisi biologis, hubungan sedarah berpotensi melahirkan keturunan dengan risiko cacat genetik akibat rendahnya keragaman gen.

    Lalu, apa yang bisa dilakukan? Masyarakat perlu memiliki literasi yang lebih baik tentang pentingnya edukasi seksual, komunikasi dalam keluarga, serta perlindungan anak. Negara harus hadir melalui penegakan hukum yang tegas, serta layanan pemulihan psikologis yang mudah diakses korban.

    Hubungan sedarah bukan sekadar isu pribadi atau tabu budaya ini adalah pelanggaran serius terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Kita tidak boleh tutup mata. Perlindungan terhadap integritas tubuh dan jiwa anak-anak harus menjadi prioritas semua pihak, mulai dari keluarga, masyarakat, hingga negara.

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email
    admin@kopelmanews.com
    • Website

    Related Posts

    Mengapa Kita Perlu Berhenti Menyamakan Bahasa Arab dengan Arab Melayu

    06/15/2025

    Kesadaran Kesehatan Meningkat, Tapi Apakah Gaya Hidup Kita Sudah Mengikutinya?

    06/15/2025

    Self-Harm: Saat Remaja Berteriak dalam Diam

    06/14/2025
    Leave A Reply Cancel Reply

    Top Posts

    Ketenangan Jiwa dalam Zikir dan Doa

    05/09/20252,665

    Kenapa Gen Z Gampang Overthinking?

    06/12/20251,156

    Bumi Tak Butuh Kita Tapi Kita Butuh Bumi

    06/12/20251,032

    Menjaga Ruh Al-Mudarris (Jiwa Guru) Tetap Menyala di Era Artificial Intellegence

    11/26/2024532
    Don't Miss
    Top News

    Syakir Daulay: Generasi Muda Tabagsel di Perantauan Perlu Belajar Huruf Tulak Tulak

    By admin@kopelmanews.com06/16/20255

    Huruf tulak tulak atau yang sering kita dengar aksara Mandailing ini kan warisan leluhur kita dari Mandailing yang sudah ada sejak lama yang merupakan metamorfosa huruf Pallawa

    Mengapa Kita Perlu Berhenti Menyamakan Bahasa Arab dengan Arab Melayu

    06/15/2025

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025

    Kesadaran Kesehatan Meningkat, Tapi Apakah Gaya Hidup Kita Sudah Mengikutinya?

    06/15/2025
    Stay In Touch
    • Facebook
    • Twitter
    • Pinterest
    • Instagram
    • YouTube
    • Vimeo
    • LinkedIn
    • TikTok
    • Threads

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from SmartMag about art & design.

    About Us
    About Us

    KOPELMANEWS
    Jl. Teuku Nek, Lamtheun, Kec. Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Aceh

    We're accepting new partnerships right now.

    Email Us: admin@kopelmanews.com
    Contact: +62 851 1720 2024

    Facebook X (Twitter) YouTube WhatsApp
    Our Picks

    Syakir Daulay: Generasi Muda Tabagsel di Perantauan Perlu Belajar Huruf Tulak Tulak

    06/16/2025

    Mengapa Kita Perlu Berhenti Menyamakan Bahasa Arab dengan Arab Melayu

    06/15/2025

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025
    Most Popular

    Ketenangan Jiwa dalam Zikir dan Doa

    05/09/20252,665

    Kenapa Gen Z Gampang Overthinking?

    06/12/20251,156

    Bumi Tak Butuh Kita Tapi Kita Butuh Bumi

    06/12/20251,032
    Stats
    © 2025 KN Team
    • Home
    • Buy Now

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.