Close Menu
    What's Hot

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025

    Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Gelar Talkshow Internasional Series 2, “Phobia Pernikahan dari Tiga Belahan Dunia”

    06/01/2025

    Komunitas SAN Gelar Rapat Kerja dan Sosialisasi Pasar Modal Indonesia Bersama Korea Investment & Sekuritas Indonesia

    05/04/2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Senin, Juni 16
    Facebook X (Twitter) Instagram
    kopelmanews.comkopelmanews.com
    Demo
    • Home
    • Nasional
    • Internasional
    • Politik
    • Pendidikan
    • Ekonomi
    • Olahraga
    • Kesehatan
    • Hiburan
    • Teknologi
    • Otomotif
    • Redaksi
    kopelmanews.comkopelmanews.com
    Home » Cinta dan Kesehatan Mental: Dampak Psikologis dari Hubungan yang Sehat
    Opini

    Cinta dan Kesehatan Mental: Dampak Psikologis dari Hubungan yang Sehat

    admin@kopelmanews.comBy admin@kopelmanews.com05/14/2025Updated:05/14/2025Tidak ada komentar107 Views
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn WhatsApp Reddit Tumblr Email
    Penulis : Junita Putri, Mahasiswi Psikologi, UIN Ar-Raniry
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Aceh, kopelmanews.com – Berbicara tentang cinta tentu tak jauh-jauh dari perasaan berbunga-bunga, membuat hati deg-degan dan bahagia. Cinta merupakan suatu hal yang dicari-cari oleh semua orang, banyak orang mendambakan cinta yang hangat, yang kuat dan lekat dalam sebuah hubungan. Cinta bukan hanya memberikan perasaan gembira tetapi juga memberikan kenyamanan dan rasa aman bagi orang yang merasakannya.

    Berbicara tentang cinta juga tentu sebagian orang akan mengaitkannya dengan hubungan pacaran, terutama pada masa remaja. Masa remaja adalah masa di mana seseorang mulai mencari jati dirinya, hubungan pacaran sendiri merupakan salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan manusia untuk menjalin hubungan dengan orang lain dalam rangka menjadi bagian dari kelompok. Dilansir dari situs Fakultas Psikologi Universitas Medan Area, cinta dalam masa remaja juga digambarkan sebagai cinta sementara, cinta ini sering kali ditandai dengan intensitas yang tinggi dan perasaan yang mendalam. Remaja mungkin  merasa jatuh cinta dengan cepat dan sangat tertarik emosional dengan pasangan mereka. Namun, cinta ini sering juga bersifat sementara dan tidak berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dikarenakan perkembangan remaja yang masih dinamis dan perubahan kepentingan serta prioritas yang terjadi seiring waktu.

    Pacaran di usia remaja sekarang dianggap suatu hal yang wajar dan menjadi trend bagi sebagian besar remaja bahkan mengarah kepada pacaran berisiko. Data dari Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI) tahun 2017 mengindikasikan bahwa sebanyak 81% remaja perempuan dan 84% remaja laki-laki telah memulai hubungan asmara. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa sekitar 45% dari remaja perempuan dan 44% dari remaja laki-laki memasuki dunia pacaran pada rentang usia 15 hingga 17 tahun. Data tersebut menunjukkan bahwa pacaran di kalangan remaja telah menjadi hal yang umum dan diterima secara sosial. Tetapi, cinta bukan hanya tentang pacaran dan remaja. Cinta adalah suatu hal yang lebih kompleks, suatu hal yang rumit, yang melibatkan afeksi, ketertarikan, dan keterikatan terhadap seseorang atau sesuatu.

    Memiliki hubungan yang sehat dalam suatu percintaan tentu menjadi impian semua orang, bukan hanya hubungan yang menguntungkan sebelah pihak, bukan hubungan yang hanya didasarkan nafsu seksual maupun hubungan yang penuh dengan kekerasan atau toxic relationship. Hubungan yang sehat adalah jenis hubungan di mana kedua individu saling menghargai, mendukung, dan berkomunikasi dengan baik. Hubungan ini tidak hanya ditandai oleh perasaan cinta, tetapi juga oleh interaksi yang positif dan konstruksif. Tapi, masih banyak pasangan-pasangan yang mengalami kekerasan dan berada dalam suatu hubungan yang tak sehat.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, K. R. (2021), orang yang mengalami kekerasan dalam pacaran memaknai cinta sebagai perasaan kecewa, kebodohan-kebohongan, rasa suka sepenuhnya dan perasaan rela berkorban. Makna cinta tersebut menunjukkan adanya perbedaan makna cinta yang diberikan oleh masing-masing subjek kepada pasangannya yang disebabkan oleh jalinan cinta yang dialami oleh subjek, aspek-aspek cinta yang dimiliki, dan juga adanya faktor-faktor yang mempengaruhi makna cinta. Meski mengalami kekerasan, subjek masih memiliki keinginan dan harapan untuk mempertahankan hubungannya. Cinta yang diberikan kepada pasangan, merupakan salah satu alasan yang paling kuat dan sering muncul.

    Dalam Psikologi dibahas bahwa pada umumnya kekerasan dalam kasus percintaan terjadi karena terdapat rasa penasaran yang sangat besar mengenai segala hal yang berkaitan dengan hidup sang pasangan. Selain itu, terindikasi bahwa kekerasan yang terjadi dalam suatu hubungan, mayoritas disebabkan oleh perasaan takut yang luar biasa akan kehilangan pasangannya yang pada akhirnya menyebabkan terbatasnya “ruang gerak” pasangan tersebut sehingga gagasan kesempurnaan mengenai cinta hanya dapat diperoleh di angan-angan saja atau dalam isitilah populer saat ini disebut sebagai toxic relationship.

    Lalu, apakah makna cinta dari segi psikologi itu sendiri?

    Menurut Erich Fromm, seni mencintai melibatkan adanya rasa memedulikan orang lain, mengetahui perasaan dan keinginan orang yang dicintai, menghargai orang itu berkembang dengan caranya sendiri, serta menunjukkan tanggung jawab kemanusiaan (Ewen, 2010). Fromm (dalam Ewen, 2010) lebih lanjut menjelaskan bahwa cinta tidak hanya semata-mata tentang menjalin hubungan dengan satu orang yang spesifik namun juga menjadi orientasi karakter yang menentukan keterkaitan seseorang dengan dunia secara keseluruhan. Fromm menyebutkan jika seorang individu benar-benar mencintai satu orang maka ia juga mencintai semua orang, mencintai dunia, dan mencintai kehidupan.

    Jika dikaitkan dengan teori Psikologi Sosial tidak dapat terlepas dari tokohnya yakni Stenberg. Stenberg mendefinisikan bahwa terdapat 3 komponen utama dalam cinta, yaitu; Intimacy, Passion, dan Commitment. Intimacy adalah elemen emosi karena adanya perasaan dekat dan terikat dalam hubungan, serta ingin memberi perhatian pada sang kekasih. Passion mengarah pada perasaan yang didorong oleh ketertarikan fisik dan seksual. Sedangkan Komitmen adalah komponen kognitif dalam cinta yang secara jangka pendek terkait dengan keputusan mencintai orang lain sedangkan dalam waktu jangka panjang terkait menjaga cinta.

    Dapat kita simpulkan, cinta adalah suatu hal yang kompleks dan memberikan dampak yang besar bagi kehidupan seseorang, cinta bukan hanya membuat kita mencintai pasangan kita tapi juga membuat kita merasa dicintai dan merasa berharga. Melihat diri kita sendiri dari kacamata pasangan kita juga membuat kita lebih mencintai diri kita sendiri, melihat bagaimana seseorang bisa mencintai kita sebegitu besarnya membuat kita bukan hanya bahagia tetapi juga pantas. Terkadang, orang berpikir bahwa dirinya itu tidak berguna, ia tak pantas untuk hidup dan berada di dunia. Tapi dengan merasa dicintai, merasa dihargai dan merasa bahwa kehadirannya “ada” di dunia bisa memberikan  efek yang sangat besar bagi kehidupannya. Maka dari itu, penting bagi kita untuk menemukan dan mencari pasangan yang baik, pasangan yang bukan hanya mencintai kita karna kelebihan kita, tetapi juga pasangan yang mencintai kekurangan kita, menerima kita apa adanya dan mencintai kita karna “kita” sendiri.

    Cinta yang sempurna menurut Stenberg adalah cinta yang memiliki 3 komponen yang telah disebutkan tadi. Cinta yang memiliki Intimacy, Passion, dan Commitment dengan takaran yang pas, dengan porsi yang seimbang. Cinta dan hubungan yang baik akan berdampak baik bagi fisik dan psikis seseorang. Karna begitu besarnya dampak cinta, bahkan cinta bisa membuat seseorang menjadi buta atau budak cinta, karena ketika kita mencintai seseorang otak kita melepaskan hormon dopamin dan oksitosin yang membuat kita merasa senang dan bahagia serta merasa makin dekat dan terikat dengan pasangan. Jadi, tidak heran jika seseorang jatuh cinta ia akan melambung tinggi dan bahkan menjadi budak cinta.

    Dampak psikologis dari hubungan yang sehat.

    Hubungan yang sehat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan psikologis seseorang, kualitas hubungan yang baik dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional, fisik, dan mental individu. Berikut adalah beberapa dampak positif dari hubungan yang sehat:

    1. Kesejahteraan psikologis: Individu dalam hubungan yang harmonis mengalami tingkat stress yang lebih rendah dan kesehatan mental yang lebih baik.
    2. Dukungan emosional: Hubungan yang sehat akan memungkinkan individu untuk merasa lebih aman dan terhubung.
    3. Peningkatan Kualitas hidup: Individu yang memiliki hubungan yang sehat cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dan tingkat kepuasan hidup yang lebih baik.
    4. Meningkatkan kesehatan fisik.
    5. Mengurangi Risiko Gangguan Mental.
    6. Membuat individu lebih mencintai dan menghargai dirinya sendiri.

    Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa cinta dan hubungan yang sehat memberi dampak yang besar bagi kesehatan psikologis seseorang. Hubungan yang sehat mengurangi risiko stress dan gangguan mental, serta membuat individu lebih merasa dihargai. Memilih pasangan yang baik dan cinta kita sepenuhnya sangat penting karna akan membuat kita sejahtera, baik dari segi fisik, psikologis, dan cara imdividu memandang dunianya.

    Cinta Pengaruh Psikologi UIN Ar- Raniry Banda Aceh
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email
    admin@kopelmanews.com
    • Website

    Related Posts

    Mengapa Kita Perlu Berhenti Menyamakan Bahasa Arab dengan Arab Melayu

    06/15/2025

    Kesadaran Kesehatan Meningkat, Tapi Apakah Gaya Hidup Kita Sudah Mengikutinya?

    06/15/2025

    Self-Harm: Saat Remaja Berteriak dalam Diam

    06/14/2025
    Leave A Reply Cancel Reply

    Top Posts

    Ketenangan Jiwa dalam Zikir dan Doa

    05/09/20252,665

    Kenapa Gen Z Gampang Overthinking?

    06/12/20251,156

    Bumi Tak Butuh Kita Tapi Kita Butuh Bumi

    06/12/20251,032

    Menjaga Ruh Al-Mudarris (Jiwa Guru) Tetap Menyala di Era Artificial Intellegence

    11/26/2024532
    Don't Miss
    Top News

    Syakir Daulay: Generasi Muda Tabagsel di Perantauan Perlu Belajar Huruf Tulak Tulak

    By admin@kopelmanews.com06/16/20254

    Huruf tulak tulak atau yang sering kita dengar aksara Mandailing ini kan warisan leluhur kita dari Mandailing yang sudah ada sejak lama yang merupakan metamorfosa huruf Pallawa

    Mengapa Kita Perlu Berhenti Menyamakan Bahasa Arab dengan Arab Melayu

    06/15/2025

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025

    Kesadaran Kesehatan Meningkat, Tapi Apakah Gaya Hidup Kita Sudah Mengikutinya?

    06/15/2025
    Stay In Touch
    • Facebook
    • Twitter
    • Pinterest
    • Instagram
    • YouTube
    • Vimeo
    • LinkedIn
    • TikTok
    • Threads

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from SmartMag about art & design.

    About Us
    About Us

    KOPELMANEWS
    Jl. Teuku Nek, Lamtheun, Kec. Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Aceh

    We're accepting new partnerships right now.

    Email Us: admin@kopelmanews.com
    Contact: +62 851 1720 2024

    Facebook X (Twitter) YouTube WhatsApp
    Our Picks

    Syakir Daulay: Generasi Muda Tabagsel di Perantauan Perlu Belajar Huruf Tulak Tulak

    06/16/2025

    Mengapa Kita Perlu Berhenti Menyamakan Bahasa Arab dengan Arab Melayu

    06/15/2025

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025
    Most Popular

    Ketenangan Jiwa dalam Zikir dan Doa

    05/09/20252,665

    Kenapa Gen Z Gampang Overthinking?

    06/12/20251,156

    Bumi Tak Butuh Kita Tapi Kita Butuh Bumi

    06/12/20251,032
    Stats
    © 2025 KN Team
    • Home
    • Buy Now

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.