Terlalu sering, penelitian terdahulu dianggap sebagai pengulangan. Padahal, dalam dunia akademik, ia merupakan pijakan ilmiah yang tidak bisa dibiarkan terabaikan. Dalam upaya memahami topik yang diusung, seorang peneliti dapat mengevaluasi masalah yang telah diteliti di dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Tanpa pemahaman yang mendalam terhadap studi sebelumnya, penelitian yang dilakukan bisa kehilangan arah dan nilai kebaruannya.
Setidaknya dari sudut pandang saya, analisis serta akses terhadap penelitian terdahulu bukan sekedar mencari referensi atau kutipan. Proses ini berfungsi mengatur agar sebuah penelitian tidak stagnan, dengan kata lain, memacu kemajuan pengetahuan. Dalam kerangka ini, seorang peneliti harus mengkritisi metode, hasil, dan cacat dari penelitian-penelitian sebelumnya. Disisi lain, ia harus berpegang menurut pandangan yang berlawanan mengenai hal yang bertentangan.
Dengan mengkaji penelitian terdahulu, seorang peneliti juga dapat terhindar daripada kesalahan dengan metode yang pernah dilakukan oleh peneliti lainnya. Evaluasi terhadap metode, variabel, dan instrumen berpotensi menciptakan inovasi. Sebuah contoh, setelah menerapkan penelitian yang berfokus pada pendekatan kuantitatif tetapi tidak menemukan eksplorasi yang sesuai, maka peneliti baru bisa mencoba pendekatan kualitatif yang lebih eksploratif.
Saya berpendapat bahwa membandingkan hasil penelitian terdahulu dengan yang akan dilakukan merupakan proses yang krusial untuk menguji validitas dan relevansi temuan baru. Hal ini mendorong peneliti untuk lebih objektif dan tidak berupaya mencocokan hasil dengan harapan hasil rancangan penelitian. Adalah sangat penting bahwa hasil-hasil yang diteliti, apapun bidangnya, harus dijustifikasi melalui kajian-kajian yang relevan. Dalam hal ini, makin banyak kajian yang relevan dan berkualitas, maka makin diterima kontribusi yang diharapkan terhadap ilmu pengetahuan.
Namun, saya juga sering menjumpai mahasiswa atau peneliti pemula yang menganggap bagian kajian terdahulu ini sebagai rutinitas belaka. Padahal, jika ditelaah secara serius, bagian ini dapat menjadi inspirasi untuk berbagai penelitian-penelitian baru. Bahkan, banyak ide-ide inovatif lahir dari rasa ketidakpuasan atau kekosongan pada penelitian-penelitian yang ada. Maka dari itu, penting untuk mengubah cara pandang terhadap bagian ini sebagai keharusan menjadi kebutuhan.
Dengan kata lain, penelitian yang relevan dapat membangun argumentasi, tetapi yang lebih utama menunjukkan bahwa sebuah penelitian tidak terpisah dari hasil-hasil penelitian sebelumnya. Saya ingin menggaris bawahi, menghargai serta memahami penelitian sebelumnya bukan hanya soal etika akademik, melainkan langkah strategis menghadirkan karya yang benar-benar bermakna secara substansi dan metodologi.