Aceh, kopelmanews.com – Quarter life crisis sangatlah penting bagi setiap individu remaja menuju dewasa awal untuk mempelajari hal ini. Namun, sering kali mereka menganggap remeh akan hal ini karena mereka tidak mau memikirkann yang tidak pasti atau nyata padahal, setiap orang pasti memiliki tujuan hidupnya masing-masing. Dan semua mahasiswa pasti punya alasan kenapa mereka bertahan hidup sampai sekarang.
Dan setiap individunya pasti sering kali bertanya kepada diri sendiri seperti, apakah ia akan sukses kedepannya? atau “bagaimana cara membahagiakan oranng tua?. Pertanyaan demikianlah sering kali muncul di setiap individu tidak hanya di kalangan mahasiswa saja tetapi ada juga dikalangan masyarakat remaja diluar sana.
Maka dari itu setiap orang pasti punya alasan untuk bertahan hidup, dan mereka pasti punya satu tujuan yang ingin mereka capai tetapi mereka takut untuk memulainya, apalagi dikalangan gen z sekarang ini, yang mana mereka cenderung fomo akan hal-hal baru yang mereka liat seperti, menyesuaikan standart media sosial, diet yang tidak sehat atau berlebihan, serta masi banyak lagi. Oleh karena itu perlu bagi setiap kalngan remaja atau yang menuju dewasa awal untuk mempelajari quarter life crisis lebih dalam lagi agar, mereka bisa menemukan jalan bagaimana cara mengatasi ketakutan dalam kehidupan yang ia hadapi. Quarter life crisis ini memiliki dampak psikologis yang signifikan terhadap perilaku mereka masing-masing.
Quarter life crisis atau krisis seperempat abad adalah sebuah periode ketidakpastian, kekhawatiran, keraguan, dan tekanan emosional yang umumnya dialami oleh individu pada usia dewasa muda, yaitu sekitar awal 20-an hingga awal 30-an.
Pada fase ini, seseorang seringkali mulai mempertanyakan arah hidup, karier, hubungan, dan tujuan eksistensial mereka. Ini adalah masa transisi penting dari masa remaja atau kuliah menuju kedewasaan penuh, di mana individu dihadapkan pada banyak pilihan dan tuntutan hidup yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Ciri-ciri Umum Quarter Life Crisis:
- Kebingungan akan masa depan: Merasa tidak memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang ingin dicapai atau ke mana arah hidup akan berjalan.
- Merasa terjebak: Merasa tidak puas dengan situasi saat ini (misalnya pekerjaan, hubungan, atau tempat tinggal) namun sulit untuk mengubahnya.
- Perbandingan sosial: Sering membandingkan diri dengan teman sebaya yang terlihat lebih sukses, baik dalam karier, keuangan, maupun hubungan, yang memicu perasaan tidak mampu atau tertinggal.
- Kecemasan dan ketakutan: Mengalami rasa cemas, khawatir berlebihan, bahkan panik terkait masa depan, kegagalan, atau pilihan yang harus diambil.
- Kurang motivasi: Merasa kehilangan semangat atau motivasi untuk menjalani rutinitas sehari-hari.
- Pertanyaan eksistensial: Mempertanyakan makna hidup, tujuan keberadaan, dan nilai-nilai pribadi.
- Kesulitan membuat keputusan: Merasa kesulitan dalam menentukan pilihan-pilihan penting dalam hidup.
Penyebab Quarter Life Crisis. Beberapa faktor yang dapat memicu QLC antara lain:
- Ekspektasi tidak realistis: Tekanan sosial dan ekspektasi pribadi yang tinggi untuk memiliki pekerjaan sempurna, hubungan yang ideal, atau kehidupan yang mapan di usia muda.
- Masalah karier dan finansial: Kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai, tekanan finansial, atau merasa tidak puas dengan pekerjaan saat ini.
- Hubungan interpersonal: Permasalahan dalam hubungan romantis, pertemanan, atau merasa kesepian dan terisolasi.
- Transisi kehidupan: Perubahan besar seperti lulus kuliah, mulai hidup mandiri, atau menghadapi tuntutan tanggung jawab orang dewasa.
- Pengaruh media sosial: Melihat “highlight reel” kehidupan orang lain di media sosial yang seringkali tidak merepresentasikan realitas, memicu perbandingan negatif.
Quarter Life Crisis adalah fase yang normal dan banyak dialami. Menyadari dan memahami kondisi ini adalah langkah awal yang penting untuk menghadapinya.
Teori Perkembangan Psikososial Erik Erikson
Tokoh Penelitian: Erik Erikson Meskipun Erikson tidak secara langsung menciptakan istilah “Quarter Life Crisis,” teorinya tentang perkembangan psikososial adalah fondasi penting untuk memahami krisis di usia dewasa muda.
- Intimasi vs. Isolasi (Usia Dewasa Awal, sekitar 19-40 tahun): Pada tahap ini, individu berfokus pada pembentukan hubungan yang intim dan bermakna dengan orang lain. Kegagalan dalam membangun hubungan yang sehat dapat menyebabkan perasaan isolasi. QLC sering muncul ketika individu merasa kesulitan dalam membentuk koneksi yang mendalam atau merasa terasing dari teman sebaya yang tampaknya sudah “mapan” dalam hubungan atau karier.
- Identitas vs. Kebingungan Peran (Usia Remaja, sekitar 12-18 tahun): Meskipun ini adalah tahap remaja, isu identitas yang belum terselesaikan di masa remaja dapat muncul kembali di usia dewasa awal. QLC seringkali melibatkan pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang siapa diri mereka, apa tujuan hidup, dan bagaimana mereka ingin berkontribusi di dunia.
2. Emerging Adulthood (Masa Dewasa Awal)
Tokoh Penelitian: Jeffrey Arnett Jeffrey Arnett adalah tokoh utama yang mengemukakan konsep “Emerging Adulthood” sebagai tahap perkembangan yang berbeda antara masa remaja dan dewasa penuh (sekitar usia 18-29 tahun).
- Karakteristik Emerging Adulthood: Arnett mengidentifikasi lima fitur utama dari emerging adulthood:
- Eksplorasi Identitas: Periode intens eksplorasi identitas di berbagai bidang (cinta, pekerjaan, pandangan dunia). QLC adalah manifestasi dari eksplorasi ini yang terasa menekan dan tidak pasti.
- Ketidakstabilan: Perubahan yang sering terjadi dalam pekerjaan, tempat tinggal, dan hubungan. QLC sering dipicu oleh ketidakstabilan ini.
- Fokus Diri: Individu lebih fokus pada diri sendiri karena mereka belum memiliki banyak komitmen dewasa. Ini bisa menjadi periode kebebasan tapi juga kebingungan.
- Perasaan di Antara (Feeling In-Between): Merasa tidak sepenuhnya remaja tetapi juga belum sepenuhnya dewasa.
- Masa Depan Penuh Kemungkinan: Meskipun ada kecemasan, ada juga optimisme besar tentang masa depan.
QLC dapat dilihat sebagai sisi gelap dari emerging adulthood, di mana ketidakpastian dan eksplorasi identitas berubah menjadi kecemasan dan keraguan yang intens.
3. Model Empat Fase Quarter Life Crisis
Tokoh Penelitian: Dr. Oliver Robinson (dari University of Greenwich) Dr. Oliver Robinson melakukan penelitian ekstensif tentang QLC dan mengidentifikasi empat fase utama yang dialami individu:
- Locked-in (Terjebak): Individu merasa terjebak dalam situasi yang tidak diinginkan, baik dalam pekerjaan, hubungan, atau gaya hidup, dan merasa tidak ada jalan keluar. Ini bisa ditandai dengan perasaan tidak puas dan frustrasi.
- Separation/Time-out (Pemisahan/Jeda): Individu menyadari bahwa mereka harus membuat perubahan dan mulai menarik diri dari situasi yang tidak memuaskan. Ini bisa melibatkan berhenti dari pekerjaan, mengakhiri hubungan, atau mengambil jeda untuk merenung.
- Exploration (Eksplorasi): Setelah keluar dari situasi yang terjebak, individu mulai mengeksplorasi pilihan-pilihan baru. Mereka mencari tujuan baru, pengalaman baru, dan mencoba memahami diri mereka lebih baik.
- Rebuilding (Membangun Kembali): Ini adalah fase di mana individu mulai membangun kembali hidup mereka dengan pilihan-pilihan baru yang lebih selaras dengan nilai dan tujuan pribadi mereka. Ada perasaan tujuan yang lebih jelas dan kepuasan yang lebih besar.
Robinson menekankan bahwa tidak semua orang akan melewati keempat fase ini secara linear atau mengalami setiap fase dengan intensitas yang sama.
Quarter life ini memang satu hal yang ga banyak orang tau. Namun, mengetahui quarter life ini sangatlah penting untuk kehidupan kita supaya setiap individu tidak bingung lagi akan hal menentukan hidupnya. Dan lebih bagusnya perhatikan lingkungan sosialnya, karena quarter life crisis ini terjadi faktor utama nya dari lingkungan sosial setiap individu. Yang mana, jika lingkungan sosial nya bagus maka bagus juga tujuan hidupnya. Terutama Penting juga bagi orang tua agar mereka support anaknya untuk menentukan arah tujuan hidp atau cita-cita. Kerena dukungan orang tua yang paling utama menjadi alasan mereka harus sukses, dan orang tua pun janga terlalu menekankan anaknya tetapi di arahkan atau dibantu dengan cara berkomunikasi dengan baik.
Kesimpulan
Quarter Life Crisis (QLC) atau krisis seperempat abad adalah periode ketidakpastian, kecemasan, dan kebingungan yang umum dialami oleh individu di usia dewasa muda, biasanya antara awal 20-an hingga awal 30-an. Ini adalah masa transisi krusial di mana seseorang mulai mempertanyakan arah hidup, karier, hubungan, dan identitas diri.
QLC bukanlah gangguan mental, melainkan fase perkembangan psikologis yang normal, seringkali dipicu oleh tekanan untuk membuat keputusan besar setelah lulus sekolah, memulai karier, atau menavigasi ekspektasi sosial yang tinggi. Konsep ini sangat berkaitan dengan teori “Emerging Adulthood” dari Jeffrey Arnett, yang menggambarkan periode ini sebagai waktu eksplorasi identitas dan ketidakstabilan. Dr. Oliver Robinson juga menguraikan QLC dalam empat fase: merasa terjebak, jeda, eksplorasi, dan membangun kembali.
Singkatnya, QLC adalah momen introspeksi mendalam dan penyesuaian diri, di mana individu mencoba menyelaraskan realitas dengan ekspektasi mereka tentang kehidupan dewasa. Meskipun bisa terasa menakutkan, fase ini seringkali menjadi katalisator untuk pertumbuhan pribadi dan penemuan diri yang signifikan, mengarahkan pada pilihan hidup yang lebih autentik dan bermakna.