Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh merupakan salah satu destinasi wisata religi favorit wisatawan di Kota Banda Aceh. Masjid bersejarah ini bukan hanya ikon Serambi Mekkah, tapi juga simbol perjuangan dan syiar Islam di Indonesia.
Masjid ini dibangun pada tahun 1022 H/1612 M di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda yang merupakan kesultanan Aceh Darussalam. Masjid Raya Baiturrahman tidak hanya di peruntukkan untuk kegiatan ibadah saja melainkan menjadi pusat pendidikan agama Islam pada masa kesultanan Aceh. Masjid Raya Baiturrahman kala itu merupakan perguruan tinggi dan memiliki 15 Fakultas dan pengajar yang berasal dari berbagai belahan dunia seperti Turki, Arab, Persia, India, dan beberapa negara lain.
Masjid Raya Baiturrahman penuh dengan nilai historis yang luar biasa dan sampai kini masjid ini selalu bertambah dengan pengunjung yang bervariasi, tergantung pada momen kadang kala mencapai 300 an per hari dan saat lebaran pengujung mencapai 2.500 orang perhari. kemegahan, ciri khas, historis di dalamnya seperti saat masa perang Aceh melawan Belanda, Masjid Raya Baiturrahman menajdi benteng pertahanan rakyat Aceh.
Agresi Belanda pertama kala itu, Aceh menang melawan Belanda, bahkan dalam penyerangan tersebut Mayor Jendral H. R. Kohler tewas tertembak tepat di halaman masjid. Belanda dalam agresi pertama gagal dan meluncurkan agresi kedua fi bses Jendral J. van Swiesten. dalam agresei kedua ini Belanda membakar Masjid Raya Baiturrahman, penyerangan tersebut amarah rakyat aceh kian memperkuat dan semakin sengit melawan Belanda.
Masjid Raya Baiturrahman kembali dibangun Belanda dengan satu kubah, batu pertama diletakkan oleh Tengku Qadhi Malikul Adil, masa pembangunan masjid ini selesai pada tahun 1299 H/1881 M. satu kubah Masjid ini merupakan adopsi gaya Moghul dan arsitek nya berasal dari Belanda Gerrit Bruins dan di bantu seorang letnan Tiongkok Lie A Sie yang merupakan seorang kontraktor. Kemudian tahun 1935, Belanda menambah dua pada sisi kanan kubah dan kiri, kala itu perang masih berlangsung dengan sengit anatara Aceh dan Belanda.
Masjid Raya Baiturrahman kian diperluas dari tahun ke tahun. Di bawah pemerintahan Gubernur Ali Hasjmy (1957-1964), bangunan kembali diperluas menjadi lima kubah ditambah satu Menara di halaman depan. Pada masa pemerintahan Prof. Dr. Ibrahim Hasan (1986-1993), dalam rentang tahun (1991-1993), Masjid Raya Baiturrahman kembali diperluas yaitu bagian dalam masjid meliputi bagian lantai tempat salat, perpustakaan, ruang tamu, ruang perkantoran, aula, dan tempat wudhu. Untuk bagian luar masjid juga diperluas yaitu taman dan 4 menara serta 1 menara utama dan 2 minaret. Dengan perluasan tersebut, Masjid Raya Baiturrahman memiliki 7 Kubah, 4 menara, dan satu menara induk dengan luas ruangan dalam masjid seluas 4.760 meter persegi dengan lantai dari marmer.
Dengan latar belakang sejarah Masjid Raya Baiturrahman ini, wajar kalau keberadaan masjid ini mengundang banyak perhatian masyarakat dunia yang ingin mengetahui sejarah Aceh, berkunjung di musim libur maupun perkembangan Islam di nusantara.