Close Menu
    What's Hot

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025

    Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Gelar Talkshow Internasional Series 2, “Phobia Pernikahan dari Tiga Belahan Dunia”

    06/01/2025

    Komunitas SAN Gelar Rapat Kerja dan Sosialisasi Pasar Modal Indonesia Bersama Korea Investment & Sekuritas Indonesia

    05/04/2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Senin, Juni 16
    Facebook X (Twitter) Instagram
    kopelmanews.comkopelmanews.com
    Demo
    • Home
    • Nasional
    • Internasional
    • Politik
    • Pendidikan
    • Ekonomi
    • Olahraga
    • Kesehatan
    • Hiburan
    • Teknologi
    • Otomotif
    • Redaksi
    kopelmanews.comkopelmanews.com
    Home » Harapan dan Realita: Potret Kerja di Era Krisis Global
    Opini

    Harapan dan Realita: Potret Kerja di Era Krisis Global

    admin@kopelmanews.comBy admin@kopelmanews.com05/21/2025Tidak ada komentar39 Views
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn WhatsApp Reddit Tumblr Email
    Penulis : Fadilah Ummairah, Mahasiswi Prodi Psikologi, Universitas Islam Negeri Ar-raniry Banda Aceh
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Aceh, kopelmanews.com – Dunia kerja saat ini sedang mengalami guncangan besar. Kita menyaksikan fenomena di mana jutaan orang di berbagai belahan dunia rela mengambil pekerjaan di luar keahlian, dengan upah minimum, bahkan dalam kondisi kerja yang buruk, semata-mata demi bertahan hidup. Pilihan antara bekerja atau tidak bekerja bukan lagi soal preferensi, tetapi soal kebutuhan mendesak. Bagi sebagian besar orang, menganggur bukanlah opsi yang bisa dipertimbangkan. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar, apakah dunia kerja hari ini masih bisa menjadi tempat tumbuhnya harapan dan makna, ataukah ia telah berubah menjadi arena survival semata. Sebenarnya dunia kerja masih bisa menjadi tempat harapan, tetapi hanya jika ada upaya serius untuk menciptakan sistem yang adil dan manusiawi bagi semua pekerja.

    Apa itu Harapan dan Realita?

    Harapan adalah suatu keyakinan atau impian tentang masa depan yang lebih baik dan penuh peluang. Harapan memberi manusia motivasi untuk terus berjuang dan melangkah maju, meskipun kondisi saat ini sulit. Dalam konteks pekerjaan, harapan sering kali berkaitan dengan keinginan memiliki pekerjaan yang layak, penghasilan cukup, dan kesempatan berkembang secara pribadi maupun profesional. Harapan ini menjadi sumber semangat yang mendorong seseorang untuk tetap bertahan dan percaya bahwa keadaan akan membaik.

    Sementara itu, realita adalah kondisi nyata yang sedang dihadapi, yang terkadang jauh berbeda dari apa yang diharapkan. Dalam dunia kerja, realita bisa berupa ketidakpastian ekonomi, upah yang tidak memadai, jam kerja yang panjang, dan tekanan yang berat. Realita sering kali menjadi pengingat keras bahwa tidak semua impian bisa langsung tercapai, dan kadang membuat seseorang harus menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. Perpaduan antara harapan dan realita inilah yang membentuk pengalaman setiap pekerja dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

    Di zaman sekarang, harapan dan realita seringkali berjalan beriringan namun juga saling bertolak belakang. Banyak orang berharap bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, penghasilan cukup, serta keseimbangan antara kehidupan dan kerja harapan yang sejalan dengan kemajuan teknologi dan peluang global. Namun realita yang dihadapi justru tidak selalu seperti itu. Krisis ekonomi, ketidakpastian pasar kerja, dan persaingan yang semakin ketat membuat banyak pekerja harus menerima pekerjaan yang jauh dari ideal, dengan upah rendah dan kondisi yang kurang manusiawi.

    Lalu, apa yang bisa dilakukan?

    Penting bagi pemerintah dan sektor swasta untuk melihat pekerjaan bukan hanya sebagai angka statistik, tetapi sebagai hak dan kebutuhan manusia. Kualitas pekerjaan harus menjadi fokus, bukan hanya kuantitas. Sistem perlindungan sosial, upah layak, dan kesempatan pengembangan diri perlu diperkuat. masyarakat perlu mendorong narasi baru tentang pekerjaan. Tidak semua orang bisa atau harus mengejar “karier impian” di tengah krisis. Namun, setiap pekerjaan sekecil apa pun layak dihargai dan didukung. Kita sedang belajar berdamai dengan diri sendiri dan itu adalah perjuangan yang jauh lebih sulit daripada kelihatannya.

    Butuh kekuatan untuk terus melangkah dan setiap langkah kecil menuju penerimaan diri adalah kemenangan. Saat kita mulai berhenti membandingkan diri, mulai menghargai proses, dan mulai menyayangi diri sendiri meski belum sempurna, di situlah titik baliknya dimulai. Dan percayalah, keberanian untuk mencintai diri sendiri apa adanya adalah salah satu bentuk kekuatan paling nyata yang bisa dimiliki siapa pun. Di tingkat individu, penting untuk tetap realistis tanpa kehilangan arah. Kadang harapan bukan datang dari pekerjaan itu sendiri, melainkan dari makna yang kita bangun darinya entah itu untuk keluarga, komunitas, atau sekadar menjadi bagian dari dunia yang terus bergerak.

    Bekerja di tengah krisis dunia adalah bentuk perjuangan yang nyata. Antara harapan dan realita, manusia terus beradaptasi. Dan meskipun dunia belum menawarkan kepastian, selama masih ada kesadaran akan martabat kerja dan solidaritas antar sesama, maka masih ada alasan untuk berharap.

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email
    admin@kopelmanews.com
    • Website

    Related Posts

    Mengapa Kita Perlu Berhenti Menyamakan Bahasa Arab dengan Arab Melayu

    06/15/2025

    Kesadaran Kesehatan Meningkat, Tapi Apakah Gaya Hidup Kita Sudah Mengikutinya?

    06/15/2025

    Self-Harm: Saat Remaja Berteriak dalam Diam

    06/14/2025
    Leave A Reply Cancel Reply

    Top Posts

    Ketenangan Jiwa dalam Zikir dan Doa

    05/09/20252,665

    Kenapa Gen Z Gampang Overthinking?

    06/12/20251,156

    Bumi Tak Butuh Kita Tapi Kita Butuh Bumi

    06/12/20251,032

    Menjaga Ruh Al-Mudarris (Jiwa Guru) Tetap Menyala di Era Artificial Intellegence

    11/26/2024532
    Don't Miss
    Top News

    Syakir Daulay: Generasi Muda Tabagsel di Perantauan Perlu Belajar Huruf Tulak Tulak

    By admin@kopelmanews.com06/16/202515

    Huruf tulak tulak atau yang sering kita dengar aksara Mandailing ini kan warisan leluhur kita dari Mandailing yang sudah ada sejak lama yang merupakan metamorfosa huruf Pallawa

    Mengapa Kita Perlu Berhenti Menyamakan Bahasa Arab dengan Arab Melayu

    06/15/2025

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025

    Kesadaran Kesehatan Meningkat, Tapi Apakah Gaya Hidup Kita Sudah Mengikutinya?

    06/15/2025
    Stay In Touch
    • Facebook
    • Twitter
    • Pinterest
    • Instagram
    • YouTube
    • Vimeo
    • LinkedIn
    • TikTok
    • Threads

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from SmartMag about art & design.

    About Us
    About Us

    KOPELMANEWS
    Jl. Teuku Nek, Lamtheun, Kec. Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Aceh

    We're accepting new partnerships right now.

    Email Us: admin@kopelmanews.com
    Contact: +62 851 1720 2024

    Facebook X (Twitter) YouTube WhatsApp
    Our Picks

    Syakir Daulay: Generasi Muda Tabagsel di Perantauan Perlu Belajar Huruf Tulak Tulak

    06/16/2025

    Mengapa Kita Perlu Berhenti Menyamakan Bahasa Arab dengan Arab Melayu

    06/15/2025

    Sikap Mahasiswa Aceh di Libya atas Polemik 4 Pulau Aceh

    06/15/2025
    Most Popular

    Ketenangan Jiwa dalam Zikir dan Doa

    05/09/20252,665

    Kenapa Gen Z Gampang Overthinking?

    06/12/20251,156

    Bumi Tak Butuh Kita Tapi Kita Butuh Bumi

    06/12/20251,032
    Stats
    © 2025 KN Team
    • Home
    • Buy Now

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.