Aceh, kopelmanews.com – Gaza luluh lantak, nyawa-nyawa tak bersalah melayang, dan kita terus-menerus disuguhi kabar pilu tentang kekejaman yang tak berkesudahan. Tragisnya, di tengah duka mendalam itu, perhatian kita seolah dialihkan. Di negeri ini, justru empat pulau yang sebenarnya hanya percikan api rekayasa pemerintah menjadi isu utama yang diperebutkan, memecah belah bangsa sendiri.
Ironis sekali, di saat saudara-saudara kita di Palestina dibantai dan disiksa, kita malah disibukkan oleh konflik internal. Generasi muda, yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam menyuarakan keadilan, justru terjebak dalam pusaran ancaman dan permusuhan sesama sebangsa setanah air. Ini bukan hanya menyedihkan, tapi juga memalukan.
Berita terbaru tentang Israel yang kembali membantai para pencari bantuan di Gaza, menewaskan 57 orang, seharusnya menggugah nurani kita. Air mata seorang perawat Inggris yang sampai berlutut memohon agar jalur Gaza dibuka demi menyelamatkan anak-anak yang kelaparan adalah tamparan keras bagi kemanusiaan kita.
Di mana letak kemanusiaan kita? Di mana cinta kita pada sesama? Bisakah kita bayangkan bagaimana rasanya melihat bayi-bayi sekarat karena kelaparan, tanpa setetes ASI pun tersisa? Rasa sakit dan keputusasaan itu jauh melampaui segala perdebatan tentang pulau atau isu-isu receh lainnya.
Sudah saatnya kita bangkit. Sudah saatnya kita menyatukan suara untuk Palestina. Jangan biarkan perhatian kita dialihkan. Kemanusiaan sejati menuntut kita untuk mencintai, untuk berjuang demi mereka yang tertindas, dan untuk tidak pernah melupakan duka Palestina.