Aceh, Kopelmanews.com – Program makan siang gratis yang kemudian diubah menjadi makan bergizi gratis merupakan salah satu program unggulan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Pada masa kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) yang lalu, hal ini menjadi janji-janji yang terus dikumandangkan selalu. Pasalnya, menurut Presiden Prabowo Subianto program ini menjadi solusi penanganan anak-anak Indonesia yang mengalami kekurangan gizi dan membantu anak-anak yang tidak sempat sarapan, ucap Prabowo Subianto.
Pada senin, 6 Januari 2025. Program makan bergizi gratis baru bisa terealisasikan hanya beberapa daerah saja. Entah kapan seluruh sekolah di Indonesia bisa rasakan sesuai dengan janji Presiden Prabowo Subianto. Tak salah juga jika program makan siang gratis diadakan supaya anak-anak sekolah tidak repot bawa bekal. Yaa, mudah-mudahan program ini berjalan sampai seterus bukan hanya sebagai gimmick semata untuk menuntaskan janji kampanye.
Pastinya program ini menuai banyak kritikan karena menyasar hampir 83 juta anak sekolah, dan memakan dana setidaknya lebih Rp. 100 triliun pada tahun pertama. Program ini dikhawatirkan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sumber dana pada program ini juga menimbulkan polemik hangat karena sebagian menggunakan dana dari Bantuan Operasioanl Sekolah (BOS).
Lalu, apakah selama ini anak-anak Indonesia mengalami gizi buruk atau stunting?. Berdasarkan data yang pasti dari Kementerian Kesehatan mengumumkan bahwa hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, yang dimana stunting di Indonesia cenderung turun dari 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,6% pada tahun 2022.
Penanganan stunting seharusnya dilaksanakan pada anak usia sebelum 5 tahun. Perbaikan kualitas gizi juga dari awal kehidupan 1.000 hari pertama hingga 2 tahun. Itu artinya, program Prabowo dan Gibran terlambat untuk menangani prevalensi stunting.
Jika dilihat dari sisi lain, apakah rakyat Indonesia kelaparan?. Sampai-sampai program makan bergizi gratis menjadi unggulana. Kalau kita dilihat dari data Statistika tahun 2018-2023 jawabannya tentu saja tidak. Masyarakat Indonesia masih mampu memenuhi kebutuhan makan sehari-hari sesuai dengan pendapatan mereka yang tak banyak. Jika dilihat dari data tersebut, hal ini menurut saya bukan suatu yang darurat di Indonesia.
Dibalik itu semua, jangan lupakan isu kesengjangan sosial di Indonesia masih menjadi problematika sejak dahulu yang kini belum terselesaikan. Kesengjangan sosial seperti pembanguan daerah tidak merata, sistem politik yang tidak adil dan korupsi tinggi, diskriminasi perempuan dan anak masih sering terjadi, inflastruktur belum memadai, pelayanan kesehatan yang belum mempuni, lapangan pekerjaan terbatas, pendidikan belum stabil dan masing banyak lagi.
Itu seharusnya menjadi yang darurat di negara kita, bukan makan bergizi gratis menjadi program unggulan. Ada beberapa daerah bahkan, menolak untuk mengimplementasikan program makan siang gratis di daerahnya karena tidak perlu dilakukan. Mereka berpendapat daripada memberikan makan siang gratis sampai targetnya ibu hamil. Lebih baik pemerintah memperbaiki kualitas, pendidikan di Indonesia yang belum merata dan baik.
Dengan dana yang begitu fantasis besar. Hal ini bisa menjadi lahan basah terjadinya korupsi, mengingat negara ini rawan terjadi korupsi. Yaa bisa kita lihat sekarang, bagaimana penyaluran makan bergisi gratis ke sekolah-sekolah. Banyak problematika terjadi seperti lauk yang bauk busuk di NTT dan lauk yang belum merata di Palembang. Ini seharusnya bisa dipertimbangkan lebih lanjut untuk dilangsungkan hingga 5 tahun kedepan.
Alangkah baiknya program makan bergizi gratis dialihkan untuk menambah lapangan kerja, meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, hingga pembangunan infrastruktur. Ini dampaknya lebih berasa secara menyeluruh dibandingkan dengan program makan bergizi gratis.
Terutama pada insfrastruktur yang belum memadai. Masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang tertinggal dan terluar. Mudah-mudahan saja pemerintah bisa mengambil sikap tegas mengatasi problematika di negara kita. Bukan hanya terfokus pada makan bergizi gratis saja.